THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 25 Mei 2010

kumpulan artikel sosial

LILIK INUNG PRAWITASARI
08104241028

60-Day Free Community Confidence Building and Self-Defense Training
CHANDLER, Ariz., Jan. 25 /PRNewswire/ -- January is almost over and many people have already given up on their resolutions. In the spirit of the Holidays, the Phoenix Quest Center is offering the community a 60-day free course in martial arts training and goal development. This course is a great opportunity to help participants start off the New Year with positive momentum and support, as well as offering them valuable skills in dealing with social conflicts of all sorts.
The Quest Center teaches its students how to deal with realistic situations including physical violence, verbal and mental bullying, as well as how to deal with their own inner barriers and roadblocks in a supportive, yet challenging environment.
This program is available to students starting at age 5 and is great for men, women and children of all physical conditions and abilities. The program itself is non-competitive, choosing to focus on self-defense, personal development, fitness and conflict resolution rather than on trophies and competitions. The eligibility for this offer will run through the month of February 2010.
Michael Stinson, owner and Senior Instructor of the Phoenix Quest Center has this to say: "The past few years have been very challenging for all of us. It has been a scary, disjointed and difficult time. When I look at all that the martial arts has done for my life and my family I just want to share it with everyone that I meet. I wanted to create the opportunity for everyone within range of my message to experience a piece of what I have seen is possible since beginning my own personal journey. Come on down and discover what you are capable of!"
The Phoenix Quest Center is located at 3016 N. Dobson Rd Suite 14 in Chandler, AZ, right on the border of Tempe, Chandler and Mesa. The Quest Center specializes in teaching a form of Japanese martial arts known as To-Shin Do, founded by Black Belt Hall of Famer and personal body guard and friend to the Dalai Lama, Stephen K. Hayes.
For more information on the Quest Center, To-Shin Do or this very special free offer please contact the Phoenix Quest Center at 480-756-2323 or visit our website http://www.PhoenixQuestCenter.com.
SOURCE Phoenix Quest Center
COPYRIGHT 2010 PR Newswire Association LLC
COPYRIGHT 2010 Gale, Cengage Learning

http ://www.findarticles.com


A dream?
0 Comments | Sun, The; San Bernardino, Calif., Feb 9, 2010 | by Anonymous
The social-psychological perception and response to a threatening phenomenon never ceases to amaze me.
Misdiagnosis may lead to between 40,000 and 80,000 hospital deaths annually in the United States. Prescription opioids cause more drug overdose deaths than heroin and cocaine combined. Obesity may contribute to serious illness and premature death for hundreds of thousands of Americans in a given year.
A singular terrorist is, thankfully, foiled in his attempt to blow up one airplane and its passengers over Christmas day and some political opportunists in and out of government dare to suggest maybe we ought to go war in yet a third country - Yemen - never mind that the terrorist is from Nigeria.
Some partisan talking heads, including a former vice president, are poised to drum up the fear factor and hysteria in Americans by suggesting that even a singular successful terrorist act will prove that our current administration has failed us and does not take terrorism seriously.
Partisan political issues become opportunities for self-serving individuals masquerading as patriotic Americans, sowing fear and rancor amongst us, actually serving one of the goals espoused by the likes of Osama bin Laden.
Perhaps a more rational response to the problems and woes besetting us would come about if the original and noble purpose of a free press came into play.
Today, "the news" has become entertainment rather than a critical examiner of what transpires in the nation's capitol or in our own communities.
I long for the day when reporters stop acting as stenographers for powerful politicians more concerned about party politics rather than the national interest.
I have a dream, perhaps an elusive fantasy, that concerned people - from the "Tea Party" types to the self-proclaimed "progressive" types - will one day come together and realize that, in the last analysis, we are one and in this together, and those in power will provide rational and wise leadership when we, the people, demonstrate the same.
BOB MORALES
San Bernardino

PATIENTS are being urged to […]
Evening Chronicle (Newcastle, England), Feb 8, 2010
PATIENTS are being urged to have their say on health services.
North Tyneside LINK, the organisation that monitors the NHS and adult social care, is surveying counselling services.
They aim to see how successful services were last year in helping with everyday psychological problems like stress or mild depression. They want to speak to people in North Tyneside who went to their GP, a professional or group to seek relief from feeling down or stressed. Interviews will take half an hour and those taking part will receive pounds 15 to compensate for their loss of time.
It is hoped that information from the interviews will help LINK to improve counselling services. Contact North Tyneside LINK on 0191 200 1429 and leave your name and telephone number. For more information go to the survey website www.nthealthsurvey.wordpress.com/
COPYRIGHT 2010 MGN Ltd.
COPYRIGHT 2010 Gale, Cengage Learning


IBU-IBU NGE-NET?? KENAPA TIDAK??
23 Februari 2010 at 20:04 • Filed under Tak Berkategori

Hari gini ga tahu internet? Sungguh terlalu!!. Mungkin itu ungkapan orang-orang yang sudah sangat akrab dengan dunia maya, khususnya mereka penggila internet, bila mendengar ada orang yang belum “ngeh”, apalagi bersentuhan langsung dengan dunia maya tersebut. Di sadari atau tidak kebutuhan manusia terhadap internet sudah seperti menu wajib alias makanan pokok yang tidak bisa dilewatkan bagi para penikmatnya. Dari kaum adam sampai kaum hawa, dari orangtua, dewasa, ABG, sampai anak SD, dari kalangan pejabat, profesional, pegawai biasa, bahkan ibu rumah tangga sekalipun sepertinya sudah begitu familiar dengan internet. Saking boomingnya, sampai-sampai artis seperti Saykoji membuat lagu tentang aktifitas orang-orang yang online terus dengan dunia maya ini, “On line “
“Eeeh tunggu-tunggu!, Ibu-ibu main internet?. Masa iya?. Why not?. Nge-Net, atau main internet bukanlah hal yang mustahil yang dapat dilakukan ibu-ibu, apalagi ibu rumah tangga. Untuk ibu-ibu yang bekerja diluar rumah, apalagi diperkantoran mungkin sudah tidak asing lagi dengan dunia maya yang satu ini. On line depan internet, ngeblog, facebookan dan lain sebagainya bukanlah istilah asing buat mereka. Tapi, bagaimana dengan ibu-ibu yang sehari-harinya memang cuma ngurusin dapur, sumur, dan kasur?. Apa mereka bisa on line depan internet? jangankan on line, ngebayangin internet seperti apa saja mungkin tak pernah terlintas dipikiran mereka.
Dan itulah yang pernah saya alami sebelumnya. Saya benar-benar blank tentang internet dan istilah-istilah yang ada dalam dunia maya. Pokoknya gaptek buangeet!. Jangankan main-main dengan internet, ngutak-ngatik HP saja sudah bikin saya pusing. Mengoperasikan komputer sih bisa, sebatas ngetik pakai Words saja. Tapi akhirnya, situasi dan kondisi memang memaksa saya untuk tahu tentang internet. Bukan karena kuping saya yang panas karena diledekin terus sama abinya karena benar-benar gaptek. Tapi naluri sebagai seorang ibu. Saya adalah seorang ibu dengan dua anak yang sedang tumbuh dalam masa-masa keingintahuan yang amat tinggi. Saya menyadari bahwa mereka akan tumbuh dan berkembang di jaman yang pastinya akan sangat berbeda dengan sekarang. Jaman serba IT dengan perangkat dan teknologi yang mungkin super canggih. Saya tidak bisa membayangkan bila saya mendampingi anak-anak melewati jaman yang serba canggih itu, dengan pengetahuan dan pemahaman saya yang nol tentang dunia maya atau internet.
Dan nge-Net itu memang mengasyikan. Ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dari internet. Hanya dengan mengetik satu kata kita akan mendapat berbagai informasi yang kita butuhkan. Canggih kan?. Atau, ibu-ibu ingin tahu kabar teman-teman waktu di SMU? atau teman-teman waktu ditempat kerja dulu?. Kita bisa memanfaatkan yang namanya “Facebook”. Subhanallah, saya bisa bertemu -di dunia maya tentunya- dengan teman-teman 10 tahun yang lalu. Seneng banget. Memang terdengar nora ya kalau ibu-ibu main internet. Biasa yang dipegang ulekan sekarang pijit-pijit keyboard komputer. Tapi itu kemajuan satu langkah buat ibu-ibu Indonesia, kan ?.
Seperti kita ketahui bersama, harga buku-buku itu lumayan mahal. Apalagi buku-buku dengan lebel Best Seller. Wah, saya mah ngga kebeli deh buku-buku kaya gitu. Tapi, dengan adanya internet kita bisa tuh cari-cari informasi, artikel, atau apalah yang kita butuhkan. Bisa artikel tentang pendidikan anak, informasi tentang homeschooling, kesehatan, bisnis, atau peluang usaha. Contohnya, saya ingin belajar menulis tapi saya tidak tahu bagaimana caranya. Kalau harus beli bukunya, harganya lumayan, tapi dengan internet saya bisa memperoleh informasi tentang cara atau kiat-kiat menulis. Bahkan saya bisa ikut kursus gratis, asyikkan?. Subhanallah!!. Pokoknya apapun informasi yang kita butuhkan tingggal klik aja di internet, pasti ada. Kita bisa langsung download, langsung print out, mangga silahkan.
Manfaat internet memang banyak, tapi, jangan lupa dampak negatif dari internet itu sendiri amat besar. Apalagi dampaknya untuk anak-anak kita. Makanya, yuk ibu-ibu, kita kenali lebih jauh dengan internet, supaya kita bisa membentengi dampak negatif dari kecanggihan internet tersebut. Jangan sampai deh kita dibohongin sama anak-anak kita sendiri, bilangnya internetan cari artikel untuk tugas sekolah, ternyata malah buka situs porno, Astagfirullah….! Na”udzubillah.!. Jangan sampai itu terjadi pada anak-anak kita.
Katanya, dunia dalam genggaman kita hanya dengan internet. Jadi semua pilihan dan keputusan ada ditangan kita. Selama kita bisa mengambil manfaat yang positif dari internet kenapa tidak mencoba dari sekarang untuk mengenal lebih jauh tentang internet. Tak kenal maka tak sayang katanya. Yang penting gunakan internet dengan bijak sesuai dengan rambu-rambunya. Jangan sampai kalah dengan anak-anak kita sendiri dalam hal IT. Mempelajari ilmu agama itu paling penting untuk kehidupan dunia dan akhirat, tapi belajar tentang IT tak ada salahnya juga kan?, Waallahu’alam

http://iriani77.blogdetik.com/2010/02/23/ibu-ibu-nge-net-kenapa-tidak/




Socially Optimal Job Search and Its Inducement
Bernhardt, Irwin, Gerchak, Yigal. Operations Research. Linthicum: Nov/Dec 1986. Vol. 34, Iss. 6; pg. 844, 7 pgs
Abstract (Summary)
The level of effort in looking for a job has 2 dimensions: 1. intensity, and 2. duration. Socially optimal intensities and reservation wages are derived that determine the likelihood distribution of duration. The social optimum reflects the effect that one person's productivity will have on the income of others. The analysis can be viewed as an extension of Zuckerman's (1985) work. Two of his assumptions -- that there is only a single policy instrument (financial support) and that search expenditures of the unemployed are limited by this support -- are relaxed. The need for subsidies that reduce the cost of search to the searcher is demonstrated, since financial support alone will not yield optimal effort. Governments now use certain search subsidies, such as free counseling, but these are not integrated with financial support. The results suggest that integration is required for optimality. Certain properties of optimal support and subsidies also are derived.

Indexing (document details)
Subjects: Studies, Social, Public policy, Optimization, Objectives, Mathematical models, Job hunting, Behavior

Classification Codes 9130 Experimental/theoretical treatment, 2600 Management science/operations research, 2500 Organizational behavior

Author(s): Bernhardt, Irwin, Gerchak, Yigal

Publication title: Operations Research. Linthicum: Nov/Dec 1986. Vol. 34, Iss. 6; pg. 844, 7 pgs
Source type: Periodical
ISSN: 0030364X
ProQuest document ID: 1258948
Document URL: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1258948&sid=2&Fmt=2&clientId=68516&RQT=309&VName=PQD



http://proquest.umi.com/pqdweb?index=5&did=1258948&SrchMode=1&sid=2&Fmt=2&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1266990097&clientId=68516


The Habit of Work: A Theoretical Exploration
Dyer, Alan W.. Journal of Economic Issues. Lincoln: Jun 1984. Vol. 18, Iss. 2; pg. 557, 8 pgs
Abstract (Summary)
Thorstein Veblen developed a theory of habit to explain the existence of social paradox, then used this theory in his analysis of capital. Because he tried to explain the origins of social paradox according to the ambiguous nature of institutions, but did not provide a theory of how institutions are created, his analysis suffers from a theoretical lacuna. Sign theory closes this lacuna by explaining social paradox by the ambiguous nature of sign behavior. It is shown how social paradox is a result of the manner in which signs create habits. Although a complete sign theory of capital is not developed here, it is shown how sign theory would build upon and strengthen Veblen's analysis of capital.
References
• Cited by (1)

Indexing (document details)
Subjects: Social, Roles, Economic theory, Capitalism, Capital, Behavior

Classification Codes 9130 Experimental/theoretical treatment, 1130 Economic theory

Author(s): Dyer, Alan W.

Publication title: Journal of Economic Issues. Lincoln: Jun 1984. Vol. 18, Iss. 2; pg. 557, 8 pgs
Source type: Periodical
ISSN: 00213624
ProQuest document ID: 1161896
Document URL: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1161896&sid=2&Fmt=2&clientId=68516&RQT=309&VName=PQD





Leadership by Example: ''Do as I Do''!
McAfee, R. Bruce, Ricks, Betty J.. Management Solutions. Saranac Lake: Aug 1986. Vol. 31, Iss. 8; pg. 10, 8 pgs
Abstract (Summary)
Being a leader in influencing employees to work toward organizational goals is the fundamental task of the manager. The basis of effective leadership is leading by example. Leaders can influence subordinates' behavior in the following ways: 1. by establishing new behaviors, especially important to the new employee who is seeking information on how to perform, 2. by changing the frequency of existing behaviors, increasing or decreasing them through rewards and punishments, and 3. providing behavioral cues that employees will follow on subsequent occasions. Both actions and words are involved in the concept of leadership, and consistency between doing and saying are important. Employees will not understand what is expected if the supervisor's actions and words do not agree. Exemplary behavior in the following areas is vital: 1. policy adherence, 2. work performance, 3. mental and physical health, 4. attitudes, 5. personal appearance, and 6. interpersonal communication.

Indexing (document details)
Subjects: Social, Role models, Learning, Leadership, Behavior modification

Classification Codes 2500 Organizational behavior, 2200 Managerial skills

Author(s): McAfee, R. Bruce, Ricks, Betty J.

Publication title: Management Solutions. Saranac Lake: Aug 1986. Vol. 31, Iss. 8; pg. 10, 8 pgs

Source type: Periodical
ISSN: 08890226
ProQuest document ID: 1317919
Document URL: http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1317919&sid=3&Fmt=2&clientId=68516&RQT=309&VName=PQD




Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja

Pada masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja.

Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok.

Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.

Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group.

Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri.

Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi.

Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif.

Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.

Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres.

Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja.

Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja.

Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan.

Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan.
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Prilaku%20Hubungan%20Sosial%20dan%20Solidaritas%20Antar%20Teman%20pada%20Prilaku%20Gaya%20Hidup%20Remaja&&nomorurut_artikel=266
________________________________________

0 komentar: